Minggu, 26 Juni 2011

study at 4 Conciouness oleh Yos Rizal

Dalam berteater dikenal ada istilah 4 SADAR atau 4 kesadaran yg wajib dimiliki, dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh setiap orang yg mengaku dirinya adalah seniman teater. Keempat sadar tersebut adalah SADAR DIRI, SADAR RUANG, SADAR TEMPAT, dan SADAR WAKTU -- dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas keempat masalah ini -- melainkan menyoroti aplikasi keempat kesadaran tersebut dalam sejarah lintas teater 'O' dari dulu sampai sekarang dalam beraktifitas, di luar maupun di dalam.
Teater 'O' berdiri atas dasar kesadaran yg tinggi dari orang2 yang cinta dan ingin melihat kehidupan berkesenian di fakultas Sastra USU atau di USU khususnya, di kota Medan pada umumnya. Seiring perjalanan waktu, begitu banyak warna yang memberikan entitas atau identitas baru bagi teater 'O' sehingga tampilan teater 'O' berubah dari dasar pemikiran pembentukannya. Disadari atau tidak hal ini membuat teater 'O' jadi unik dan eksentrik --kalau boleh dikatakan demikian-- Kenapa? Pertama, Unik karena dalam sejarah perkumpulan organisasi kemahasiswaan yang menaungi bidang kesenian, teater 'O' dapat tumbuh dan berkembang disela-sela keluar masuknya mahasiswa karena habisnya masa studi.Kedua, unik karena anggota teater ini masih dimiliki dan dicintai oleh para alumninya serta ikut pula berkecimpung terus dalam setiap agenda kegiatan yang diselenggarakan. Anggota luar biasa namanya bagi para alumni ini. Dalam setiap agenda yang diperlukan oleh setiap alumni yg bergerak di berbagai bidang, teater 'O' tetap dapat dimanfaatkan bagi kepentingan-kepentingan alumni tersebut, walaupun untuk keperluan tersebut selalu dikenakan "charge" atau "fee" bagi para pengguna tersebut. Bagaimana dampaknya bagi teater 'O'? Kalau boleh saya katakan --ini opini jujur sbg pemerhati bidang sosial dan seni-- sangat luar biasa. Selain mendapat keuntungan secara finansial juga dapat mengajarkan sikap enterpreunership bagi para anggota teater 'O', tentu saja juga melahirkan sikap yang profesional. Satu keuntungan terbesar lainnya adalah nama atau kredibilitas teater 'O' menjadi harum dan diakui sebagai teater mahasiswa yang paling eksis dan paling inovatif di pulau Sumatra, Jawa, bahkan untuk ASEAN --karena hanya teater ini yang pernah diundang dan mewakili teater mahasiswa dalam pertemuan sastrawan se ASEAN di Padang Panjang--Pencetakan prestasi ini sayangnya tidak dibarengi dengan award yang diberikan oleh pihak institusi dimana teater ini berada--yang sering malah punish lebih banyak diterima oleh pengelola teater ini. Sebenarnya tinggal bagaimana pihak pengelola teater ini melakukan bargaining dengan pihak penguasa agar lebih mendapat porsi yang lebih layak. Mengapa demikian? Karena dalam upaya menjadi Worl Class University mau tidak mau USU harus melibatkan dan memasukkan agenda kegiatan teater ini sebagai salah satu bentuk kegiatan yang dapat menjadikan mahasiswa memiliki soft skill dan hard skill di bidang kesenian, khususnya dalam berteater. Sekaligus juga sebagai sarana pengembangan kesenian etnik sumatera utara yang jauh lebih nyata dibandingkan institusi yang dibentuk oleh USU itu sendiri yakni LK USU. Sampai saat ini sudah lebih kurang 100 pementasan yang dibuat oleh teater 'O' yang semuanya terdokumentasi dengan baik.
Pada sisi lain, kenapa teater ini dikatakan eksentrik? Eksentrik karena memang teater 'O' lebih suka menggunakan tatanan nilai dan norma yang dianggap lebih representatif dibandingkan dengan tatanan nilai dan norma yang diterapkan oleh pihak universitas. Keberagaman tindakan, karakter, dan pemikiran yang dimiliki oleh anggota teater 'O' merupakan kekayaan yang sangat fantastis karena keanekaragaman ini pula maka teater ini lebih mudah mengenal karakter manusia yang akan dijadikan objek observasi para anggota teater dalam memahami dan mempelajari karakter manusia secara umum. Bukankah tujuan akhir dari setiap bentuk kesenian adalah "memanusiakan manusia?" Dengan belajar karakter sikap dan pemikiran orang lain maka kita dapat mengambil suatu iktibar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sebuah perenungan..sebuah kontemplase...
Dengan demikian, tidak usah sampai sewot apalagi marah bagi pihak universitas atau pun fakultas dalam menghadapi keberagaman tindakan dan pemikiran anak-anak 'O' ini karena inilah sebenarnya wujud dari kemerdekaan bersikap dan berpikir serta berkumpul dan bersyarikat, yang telah dijamin UUD 1945.
Satu pemikiran lagi bagi pengelola teater 'O', kebesaran dan kemegahan nama teater ini akan tetap dikenang sepanjang masa oleh para pengrajin seni, baik di dalam maupun di luar institusi, bila memang keempat kesadaran tersebut tetap dijadikan sebagai landasan berpikir dan bertindak. Selalu introspeksi dalam setiap langkah yang telah diambil, misalnya: apakah saya telah benar2 melaksanakan kewajiban saya sebagai anggota maupun pengurus teater 'O'; adakah kemajuan yang berarti sejak saya menjadi anggota atau pengurus teater 'O'; adakah seluruh program kerja, baik jangka pendek mapun panjang, telah saya susun dan jalankan; ataukah saya menjadi anggota atau pengurus teater ini agar menjadi orang yg terkenal; adakah sedikit perhatian saya terhadap keindahan dan kebersihan serta tata letak kantor sekretariat; atau saya ada dan hadir di teater 'O' hanya sekadar datang dan bernafas.
Atau seribu pertanyaan lain yang bisa kita lontarkan kepada diri kita sebagai pendukung keberadaan teater 'O' ini. Semua terpulang kepada diri kita lagi. Tetaplah ingat semboyan kita "HADIR DAN ADA BUKAN SEKADAR DATANG DAN BERNAFAS"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar